KATA
PENGANTAR
ASSALAMU ‘ALAIKUM Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya.
Serta terima kasih pada guru pembimbing yaitu ibu Eny Judarini MS,SPd yang
berkenan membimbing kami untuk menyelesaikan penyusunan kliping tentang suku
Dayak ini tepat pada waktunya.
Diharapkan kliping ini dapat
memberikan informasi kepada semua pembaca. Kami menyadari bahwa kliping ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan kliping ini.
Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih.
WASSALAMU ‘ALAIKUM Wr.Wb
Jenu, 2 Desember 2014
Pembimbing Penyusun
Eny
Judarini MS, SPd Emilia Lailatul Maghfiroh
NIP: 19630519
200701 2 004
DAFTAR ISI
-
Kata pengantar…….……………………………………………………………....………( 1 )
-
Daftar isi………………………………………………………………………………………( 2 )
-
Asal mula Suku Dayak…………………………………………………………………..( 3 )
-
Daerah tinggal Suku Dayak…………………………………………………………….( 3 )
-
Bahasa daerah dan cara bicara Suku
Dayak……………………………………..( 4 )
-
Pakaian khas Suku Dayak………………………………………………………………( 4 )
-
Norma dan adat istiadat Suku Dayak………………………………………………(
5 )
a.
Upacara Tiwah………………………………………………………………………...( 6 )
b.
Tradisi Mangkok Merah……………………………………………………………( 6 )
c.
Upacara Manyanggar………………………………………………………………...( 7 )
d.
Upacara Kenyau……………………………………………………………………….( 8 )
e.
Upacara Wadian………………………………………………………………………( 8 )
f.
Upacara Laluhan………………………………………………………………………( 9 )
g.
Upacara Nyobeng……………………………………………………………………. ( 9 )
h.
Upacara Ngayau……………………………………………………………………….(10)
i.
Tradisi Manajah Antang……………………………………………………………(10)
-
Kode yang umum dimengerti Suku
Dayak………………………………………(11)
-
Kesenian Suku Dayak…………………………………………………………………...(11)
a.
Seni tari…………………………………………………………………………………..(11)
b.
Seni music……………………………………………………………………………….(13)
c.
Seni drama………………………………………………………………………………(14)
d.
Seni rupa…………………………………………………………………………………(14)
-
Makanan khas Suku Dayak…………………………………………………………...(14)
a.
Juhu singkah/umbut rotan…………………………………………………………(14)
b.
Kalumpe/karuang…………………………………………………………………….(15)
c.
Wadi……………………………………………………………………………………...(15)
d.
Bangamat/paing……………………………………………………………………….(16)
e.
Kue lepet………………………………………………………………………………..(16)
f.
Tampi…………………………………………………………………………………….(17)
g.
Kue dange………………………………………………………………………………(17)
-
Lampiran gambar………………………………………………………………………..(18)
a.
Senjata khas Suku Dayak…………………………………………………………(18)
b.
Rumah adat Suku Dayak…………………………………………………………(19)
c.
Upacara pernikahan Suku Dayak…………………………………………….(19)
d.
Upacara kelahiran Suku Dayak……………………………………………….(20)
e.
Kata penutup…………………………………………………………………………(21)
ASAL MULA SUKU DAYAK
Pada tahun (1917-1978) saat itu, benua Asia dan pulau
Kalimantan yang merupakan bagian Nusantara yang masih menyatu, yang
memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di
Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muler-Schwaner”.
Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang
Melayu dari Sumatra dan semenanjung malaka datang, mereka makin lama makin
mundur kedalam.
Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makassar, dan
Jawa pada masa kejayaan kerajaan majapahitsuku Dayak hidup terpencar-pencar
diseluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus
menyebar menelusuri sungai-sungai hingga kehilir dan kemudian mendiami pesisir
pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing
memiliki sifat dan perilaku yang berbeda.
Suku Dayak pernah membangun sebuah
kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut “Nansarunai Usak Jawa”,
yakni disebut kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang
diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur, 1971) . kejadian
tersebut mengakibatkan Suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah
pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasal
dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).
Sebagian besar Suku Dayak memeluk
Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut
dirinya orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak
agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim
di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas
dan Watang Balangan. Sebagian lagi terdesak memasuki rimba. Orang Dayak pemeluk
agama Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Katowaringin,
salah seorang Sultan kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat
sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).
Tidak hanya dari nusantara,
bangsa-bangsa lain berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan
mulai datang ke Kalimantan pada masa dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari
Manuskrip berhuruf kanji disebut bahwa kota yang pertama dikunjungi adalah
Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era
Banjarmasin (dibawah hegemoni majapahit) atau di era Islam.
Kedatangan bangsa Tionghoa tidak
mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung
karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin.
Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa
sebagian masih disimpan oleh sebagian Suku Dayak seperti piring malawen,
belanga (guci) dan peralatan keramik.
Sejak awal abad V bangsa Tionghoa
telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan
perang besar ke daerah (termasuk Nusantara) dibawah pimpinan Chang Ho, dan
kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa,
Kalimantan, Manila, Malaka dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima
orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang
Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera,
barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok, dan guci (Sarwoto
Kertodipoero, 1963).
DAERAH TINGGAL SUKU
DAYAK
Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang
hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, di hutan, dan
sebagainya. Kata Daya itu sendiri diberikan oleh orang Melayu yang datang ke
Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak,
sebab diartikan lebih agak negative. Padahal semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang
memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
BAHASA DAERAH DAN CARA
BICARA SUKU DAYAK
Bahasa
Suku Dayak menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Ma’anyan, dan bahasa Ngaju
sebagai bahasa yang digunakan dalam kesehariannnya. Orang Dayak di
Kalimantan khususnya Dayak yang berada di Kalimantan Barat, Timur, Selatan, dan Utara
hampir semuanya mengerti bahasa Ot-Danum atau Dohoi, sedangkan orang
Dayak Kalimantan
Tengah dan Selatan sebagai bahasa perantara umumnya adalah bahasa Ngaju yang
juga disebut bahasa Kapuas. Tiap-tiap suku Dayak di Kalimantan memiliki
bahasa daerah sendiri-sendiridengan dialek satu dengan lainnya berbeda,
misalnya bahasa Ot-Danum kebanyakan memakai huruf “o” dan “a” tetapi bahasa
Dayak Ngajuk banyak memakai “e” dan “a”. sebagai ilustrasi disajikan bahasa
Dayak yang ada di Kalimantan.
Bentuk hitungan angka dalam beberapa bahasa
Dayak
(Indone Ngaju Bahau Bajau Ot-Pasir Maanyan Lepo sia Danum) :
1
(Ije Je Sa Ico Erai Isa Ca)
2
(Due Dua Dua Doo Doeo Rueh Dua)
3 (Telo
Telo Tee Toro Toloe Telu Telo)
4
(Epat Epat Empat Opat Opat Epat pat)
5
(Lime Lime Lime Rimo Limo Dime Lema)
6
(Jahawen Enam Enem Unom Onom Enem Enam)
7 (Uju
Tuju Pitu Pito Turu Pitu Tujuh)
8
(Hanya Saya Walu Waru Walu Walu’ Ay’ah)
9
(Jalatien Pitan Sanga Sioi Sie Suei Pien)
10 (Sepuluh Pulu Sepuluh Poro Sapulu Pulu’ Pulu)
PAKAIAN DAERAH SUKU
DAYAK YANG KHAS
Corak khas Suku Dayak yang terbentuk
dari susunan manic-manik beraneka warna tampak kontras menghiasi kain hitam,
yang dipakai sebagai bahan dasar pakaian adat dayak. Sehingga menunjukkan makna
Suku Dayak yang memanfaatkan alam dengan arif dikehidupan sehari-hari.
pakaian adat untuk wanita dinamakan Ta a dan pakaian
adat untuk laki-laki dinamakan Sapei Sapaq. Biasanya pakaian adat
itu mereka kenakan saat acara besar dan menyambut tamu agung.
Ta a terdiri dari da a, yaitu semacam
ikat kepala yang terbuat dari pandan biasanya dipakai untuk orang tua. Atasan
atau baju dinamakan sapei inoq dan bawahannya atau rok disebut ta a ini
biasanya melengkapi dengan uleng atau hiasan kalung manic yang untaiannya
sampai kebawah dada.
Sedangkan Sapei sapaq yang dikenakan
laki-laki pada umumnya hampir sama dengan motif pakaian adat perempuan. Namun
Sapei sapaq atasannya dibuat berbentuk rompi, dan bawahannya adalah cawat yang
disebut abet kaboq. Biasanya para pria melengkapi Sapei sapaq dengan Mandau
yang terikat dipinggang.
Sam Ien, adalah salah satu pengrajin
pakaian adat Dayak Kenyah di Ritan Baru mengatakan motif tumbuh-tumbuhan khas
Dayak Kenyah dipakaian adat itu juga dipadukan dengan gambar hewan misalnya
harimau dan burung enggang. “jika dipakaian adat itu ada gambar enggang atau harimau,
berarti yang memakainya keturunan bangsawan. Kalau hanya motif tumbuhan saja,
berarti orang biasa.”
NORMA DAN ADAT
ISTIADAT SUKU DAYAK
Seni
tato dan telinga panjang menjadi cirri khas atau identitas yang sangat menonjol
sebagai penduduk asli Kalimantan. Di Kalimantan Timur untuk bias menemui wanita Suku
Dayak yang masih mempertahankan budaya telinga panjang sangat sulit. Karena kini
hanya bias ditemui di pedalaman Kalimantan Timur dengan menempuh jalur melewati
sungai yang memakan waktu berhari-hari. Karena memang gaya hidup suku Dayak
memang lebih akrab dengan hutan maupun gua.
Dibawah ini beberapa adat istiadat
bagi suku Dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku
Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang.
·
Upacara
Tiwah
Upacara tiwah merupakan acara adat Suku Dayak.
Tiwah
merupakan acara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah
meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat semacam
rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.
Upacara Tiwah bagi Suku Dayak
sangatlah sacral, pada acara tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah
mati tersebut diantar dan diletakkan ke tempatnya (sanding), banyak sekali
acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya
tulang-tulang tersebut diletakkan di tempatnya (sandung).
·
Tradisi
Mangkok Merah
Mangkok merah merupakan media
persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan
mereka dalam bahaya besar. “panglima” atau sering Suku Dayak sebut
Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah
yang diedarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali.
Mangkok merah tidak sembarangan
diedarkan. Sebelum diedarka sang panglima harus membuat acara adat untuk
mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu
roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima
tersebut ber “Tariu” (memanggil roh leluhur untuk meminta bantuan dan menyatakan
perang) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan
seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila
bila mendengar Tariu.
Orang-orang yang sudah dirasuki roh
para leluhur kan manjadi manusia dan bukan. Shingga biasanya darah, hati korban
yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang
Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan disimpan untuk keperluan
upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan
bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.
Mangkok merah terbuat dari teras
bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk
bundar. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnyaseperti
ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang
mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang,
lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan
korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali
simpul dari kulit kepuak sebagai lambing persatuan. Perlengkapan tadi dikemas
dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.
·
Upacara
Manyanggar
Upacara adat suku Dayak ini
merupakan ritual yang dilaksanakan dengan tujuan agar terjadi harmonisasi
antara kehidupan yang nyata den kehidupan alam gaib. Orang Suku Dayak
percaya bila dialam ini bukan hanya manusia saja yang mendiaminya. Namun ada
kehidupan lain yang tidak kasat mata.
Agar bisa hidup berdampingan secara
damai, maka perlu saling menghormati antara yang satu dengan yang lain. Dan
bentuk penghormatan terhadap alam kehidupan yang lain itulah yang dinamakan
Upacara Manyanggar.
·
Upacara
Kenyau
Merupakan jenis upacara tradisi
sebagai bentuk penghormatan bagi anggota keluarga atau orang tua yang meninggal. Dalam upacara ini
sering dilakukan penyembelihan binatang yang ditujukan untuk arwah orang yang
telah meninggalkan mereka menuju alam kehidupan yang lain.
·
Upacara
Wadian
Sering juga disebut
sebagai Balian atau Belian. Merupakan jenis upacara Adat Suku Dayak yang bertujuan
untuk mengadakan pengobatan. Tradisi ini memakan waktu yang cukup lama,
bisa sampai satu minggu. Dan selain pengobatan yang dipimpin oleh seorang
tabib, juga dipertunjukkan tari-tarian khas Suku Dayak.
·
Upacara
Laluhan
Dulunya upacara ini diselenggarakan
untuk menghadapi peperangan dengan suku lain. Meski sekarang sudah tidak
ada perang lagi, namun sampai saat ini masih diselenggarakan . hanya tujuannya
sudah berbeda, yaitu untuk atraksi budaya dan seni. Ketika upacara
diselenggarakan, seakan-akan ada puluhan orang yang datang melakukan serangan.
Kemudian orang Suku Dayak terus bertahan.
Antara penyerang dan yang diserang
saling berkelahi dengan menggunakan senjata-senjata tradisional yang ada. Dan
karena perkelahiannya tidak sungguh-sungguh, maka bentuknya menjadi seperti
tarian.
·
Upacara
Nyobeng
Upacara ini juga
masih ada hubungannya dengan orang yang sudah mati, namun tetap punya nilai
keunikan tersendiri. Yaitu membersihkan kepala atau tengkorak orang yang
meninggal karena dipenggal. Namun tentu saja upacara memenggal kepalanya
yang namanya mengayau sudah tidak ada lagi. Walau diselenggarakan hanya sekadar
simbolis saja.
·
Tradisi
Ngayau
Tradisi Ngayau merupakan tradisi
perang antar suku untuk memperluas wilayah kekuasaan suku tersebut. Tradisi ini
termasuk tradisi Upacara adat suku Dayak yang kejam, sadis, dan
mengerikan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan untuk memenggal kepala musuh
lantas membawanya pulang ke kampung.
Saking sadisnya, zaman dahulu pun
tidak semua lelaki suku Dayak sanggup melakukan Ngayau. Hanya mereka yang
mentalnya kuat saja yang berani melakukannya.
Wanita suku Dayak di pedalaman menyukai
lelaki yang bisa melakukan Ngayau karena lelaki tersebut dianggap jantan dan
mampu melindungi pasangannya dengan baik.
Suku Dayak dahulu percaya bahwa
dengan memenggal kepala musuh, arwah musuh tersebut tak akan gentayangan dan
mengganggu kehidupan mereka. Meskipun sadis, suku Dayak membatasi bahwa ngayau
hanya boleh dilakukan kepada musuh lelaki. Adapun musuh perempuan dan anak-anak
hanya boleh diperbudak tanpa diperlakukan dengan kejam.
·
Upacara
Manajah Antang
Manajah Antang
biasanya digunakan
oleh Suku Dayak untuk mencari seseorang yang menjadi musuh mereka.
Walaupun si musuh itu bersembunyi
didaerah yang
tersembunyi sekalipun dimana orang awam tak bisa menemukan, namun orang Dayak
akan dengan mudah menemukannya.
Biasanya yang mereka gunakan untuk
menemukan musuh ini adalah dengan memanggil arwah para leluhur dengan perantara
burung Antang. Burung itulah yang akhirnya menunjukkan tempat persembunyian si
musuh.
KODE YANG UMUM
DIMENGERTI SUKU DAYAK
Totok
Bakakak
1.
Mengirim
tombak
yang telah diikat rotan merah (telah dijernang) berarti menyatakan perang,
dalam bahasa Dayak Ngaju “Asang”.
2.
Mengirim
sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah seorang gadis yang ada dalam
rumah yang dikirimi sirih dan pinang.
3.
Mengirim
seligi
(salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam bahaya.
4.
Mengirim
tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur) berarti mohon bantuan
sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku akan mendapat bahaya.
5.
Mengirim
abu,
berarti ada rumah yang terbakar.
6.
Mengirim
air
dalam seruas bamboo berarti ada keluarga yang mati tenggelam, harap lekas
datang. Harus lekas datang bila ada sanak keluarga yang meninggal dalam
tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka kepada sanak keluarga, nama korban
tidak disebutkan.
7.
Mengirim
cawat
yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota keluarga yang telah tua
meninggal dunia.
8.
Mengirim
telur ayam, artinya ada orang yang datang dari jauh untuk menjual belanga,
tempayan tajau.
9.
Daun
sawang/jenjuang yang digaris dan digantung didepan rumah, hal ini
menunjukkan bahwa dilarang naik/ memasuki rumah tersebut karena adanya pantangan
adat.
10. Bila ditemukan pohon
buah-buahan seperti misalnya langsat, rambutan, dsb, didekat batangnya
ditemukan seligi dan digaris dengan kapur, berarti dilarang
mengambil atau memetik buah yang ada dipohon itu.
KESENIAN SUKU DAYAK
Ø Seni Tari
Seni tari dalam
kesenian suku Dayak bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok:
1.
Tarian dengan gerak enerjik, keras dan
staccato, adalah cirri kelompok tari Kedayan, yang dimiliki oleh suku Dayak
Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin, Bakati, dan lain-lain, di sekitar
Pontianak, Landak, dan Bengkayang.
2.
Tarian dengan gerak tangan membuka, gerakan
halus, adalah cirri vocabuler tari Ribunic atau Bidayuh, yang berkembang
dikalangan suku Dayak Ribun, Pandu, Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang,
Kembayan, Simpakang, dan lain-lain, disekitar Sanggau Kapuas.
3.
Tarian dengan gerak pinggul yang dominan, adalah cirri tari
kelompok Ibanic yang dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk,
Sebaruk, dan sebagainya, disekitar Sanggau, Malenggang, Sekadau, Sintang,
Kapuas, dan Serawak.
4.
Sedikit lebih halus adalah cirri
kelompok Banuka, yang dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan
sebagainya, disekitar Kapuas Hulu.
Ø Beberapa contoh
tari dari suku Dayak adalah :
v Tari
Gantar,
untuk upacara menanam padi
v Tari
Kancet Papatai/Tari Perang, untuk upacara penyembahan kepada arwah leluhur
v Tari
Kancet Lasan, tari pemujaan terhadap dewa yang diwujudkan dalam bentuk burung
enggang
v Tari
Serumpai,
tari untuk menolak wabah penyakit
v Tari
Belian Bawo, tarian untuk mengobati orang sakit
v Tari
Kuyang,
tarian untuk mengusir hantu
Ø Seni Musik
Tidak jauh beda
dengan seni tari, seni music dalam kesenian Suku Dayak didominasi music-musik ritual. Music
itu merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.
Beberapa jenis alat music suku
Dayak sebagai salah satu identitas dalam kesenian suku Dayak adalah prahi,
gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan
lain-lain.
Ø Seni Drama
Pada kesenian suku Dayak,
masyarakatnya juga mengenal seni drama. Drama tradisional ditemukan pada
masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan
dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk
pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.
Ø Seni Rupa
Seni rupa Dayak yang juga termasuk
dalam kesenian suku Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi
motif-motif hias setempat yang banyak mengambil cirri alam dan roh dewa-dewa
dan digunakan dalam upacara adat. Ada macam-macam patung dengan ragam fungsi,
di antaranya sebagai berikut :
1.
Patung Azimat yang dianggap berkhasiat mengobati
penyakit.
2.
Patung kelengkapan upacara.
3.
Patung blontang, semacam patung totem di masyarakat
Indian.
Selain itu, seni
rupa Dayak terluhat pada seni kriya tradisional seperti kelembit (perisai),
ulap doyo (kain adat), anjat (tas anyaman), bening aban (kain gendongan),
seroang (topi), dan lain-lain.
MAKANAN KHAS SUKU
DAYAK
1. Juhu Singkah/Umbut Rotan
Umbut rotan/rotan muda
adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari
Kalimantan tengah. Dalam bahasa Dayak Ma’anyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang’e.
sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah. Cara membuatnya yaitu, rotan
muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil.
Umbut rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam. Umbut
rotan memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan yang bercampur dengan rasa
manis dari daging ikan sehingga membuat rotan memiliki citra rasa tersendiri.
2. Kalumpe/Karuang
Kalumpe/Karuang adalah
sayuran yang ditumbuk halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak Ma’anyan dan karuang
sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju. Cara membuatnya yaitu, daun singkong ditumbuk halus dan
dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. Bumbu untuk masakan ini adalah
bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Apabila ingin
ditambahkan cabai. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang panas. Masakan ini
biasa disajikan bersama sambal terasi yang pedas dan ikan asin.
3. Wadi
Wadi adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan
daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makan yang dibusukkan.
Namun pembusukkan ini tidak dibiarkan begitu saja, sebelum disimpan ikan atau
daging dilumuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga
biji jagung yang disangrai sampai kecoklatan kemudian ditumbuk manual atau
diblender. Dalam bahasa Dayak Ma’anyan bumbu ini disebut dengan sa’mu dan dalam
. cara membuatnya yaitu, ikan
atau daging yang hendak diolah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian direndam
selama 5-1O jam dalam air garam. Kemudian daging atau ikan diangkat dan
dibiarkan mongering. Setelah cukup kering ikan atau daging dicampur dengan
sa’mu sampai merata. Kemudian daging disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau
plastic kedap udara yang ditutup rapat-rapat. Simpan kurang lebih selama 3-5
hari. Untuk daging disarankan simpan lebih dari 1 minggu. Setelah selesai, wadi
tidak bisa langsung dimakan tapi harus diolah kembali antara lain dengan cara
digoreng atau dimasak.
4. Bangamat/Paing
Bangamat dalam bahasa Dayak Ngaju atau
paing dalam bahasa Dayak Ma’anyan adalah masakan khas yang dibuat dari
kelelawar besar/kalong [Pteropus vampyrus]. Untuk konsumsi, kelelawar dengan
jenis pemakan buah terbesar. Untuk kelelawar jenis pemakan serangga dan
penghisap darah tidak digunakan dan tidak dikonsumsi untuk membuat makanan ini.
Cara membuatnya yaitu, paing
yang akan dimasak dibersihkan dengan membuang kuku, bulu kasar ditekuk dan
punggung, serta ususnya. Sementara sayap, bulu dan dagingnya dimasak. Paing
sering dimasak bersama sayur hati batang pisang yang dipotong-potong, biasanya
adalah pisang kipas. Juga bisa dimasak dengan sulur keladi yang
dipotong-potong.
5. Kue Lepet
Kue lepet adalah kue yang dilipat dengan daun pisang lalu
dikukus. Lepet dalam bahasa Dayak berarti dilipat. Bahan-bahannya antara
lain beras yang ditumbuk sehingga menjadi tepung, kelapa parut, gula merah,
minyak goreng, dan daun pisang. Cara
membuatnya yaitu, buat adonan dengan tepung lalu masukkan ke daun
pisang yang sudah ditentukan ukurannya juga sudah dioles dengan minyak goreng.
Lalu buat isian dari kelapa parut dan gula merah cair. Setelah diisi ditutup
hingga rata dan selanjutnya dikukus hingga matang. Kue lepet biasanya
dihindangkan saat ada upacara adat.
6. Tampi
Kue
tampi adalah kue yang tidak ada rasa tetapi wajib hadir ketika ada upacara adat. Ukurannya kecil – kecil bahan
membuatnya adalah tepung beras yang digoreng.
7. Kue Dange
Kue yang terbuat dari parutan kelapa, tepung dan gula. Lalu
dipanggang di pemanggang khusus kue dange. Biasanya kue ini ada disaat pesta
maupun biasanya dijual sebagai camilan.
LAMPIRAN GAMBAR
·
Senjata khas Suku
Dayak
v Sipet
/ Sumpitan
v Telawang
atau perisai
v Mandau
v Dohong
·
Rumah adat Suku Dayak
v Rumah
Betang atau rumah panjang
·
Upacara pernikahan
Suku Dayak
·
Upacara kelahiran
Suku Dayak
KATA PENUTUP
ASSALAMU’ALAIKUM Wr.Wb
Demikianlah yang dapat
kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam kliping ini yaitu
tentang Suku Dayak, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh.
Berhubungan dengan ini
kami banyak berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya kliping ini.
Semoga kliping ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin……
WASSALAMU’ALAIKUM Wr.Wb
boleh nanya dong, upacara nyobeng itu diadakan sekitar bulan berapa ya? Makasih :)
BalasHapus