Minggu, 24 April 2016

KEBIASAAN SUKU DAYAK


KATA PENGANTAR


ASSALAMU ‘ALAIKUM Wr.Wb

     Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya. Serta terima kasih pada guru pembimbing yaitu ibu Eny Judarini MS,SPd yang berkenan membimbing kami untuk menyelesaikan penyusunan kliping tentang suku Dayak ini tepat pada waktunya.
    Diharapkan kliping ini dapat memberikan informasi kepada semua pembaca. Kami menyadari bahwa kliping ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan kliping ini.
     Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

WASSALAMU ‘ALAIKUM Wr.Wb







                                                                         Jenu, 2 Desember 2014

      Pembimbing                                                         Penyusun




Eny Judarini MS, SPd                                      Emilia Lailatul Maghfiroh
NIP: 19630519 200701 2 004



DAFTAR ISI
-         Kata pengantar…….……………………………………………………………....………( 1 )
-         Daftar isi………………………………………………………………………………………( 2 )
-         Asal mula Suku Dayak…………………………………………………………………..( 3 )
-         Daerah tinggal Suku Dayak…………………………………………………………….( 3 )
-         Bahasa daerah dan cara bicara Suku Dayak……………………………………..( 4 )
-         Pakaian khas Suku Dayak………………………………………………………………( 4 )
-          Norma dan adat istiadat Suku Dayak………………………………………………( 5 )
a.      Upacara Tiwah………………………………………………………………………...( 6 )
b.     Tradisi Mangkok Merah……………………………………………………………( 6 )
c.      Upacara Manyanggar………………………………………………………………...( 7 )
d.     Upacara Kenyau……………………………………………………………………….( 8 )
e.     Upacara Wadian………………………………………………………………………( 8 )
f.       Upacara Laluhan………………………………………………………………………( 9 )
g.      Upacara Nyobeng……………………………………………………………………. ( 9 )
h.     Upacara Ngayau……………………………………………………………………….(10)
i.       Tradisi Manajah Antang……………………………………………………………(10)
-          Kode yang umum dimengerti Suku Dayak………………………………………(11)
-          Kesenian Suku Dayak…………………………………………………………………...(11)
a.      Seni tari…………………………………………………………………………………..(11)
*    Tari gantar……………………………………………………………………..(11)
*    Tari kancet papatai/tari perang…………………………………………(12)
*    Tari kancet lasan…………………………………………………………….(12)
*    Tari serumpai…………………………………………………………………(13)
*    Tari belian bawo……………………………………………………………..(13)
*    Tari kuyang…………………………………………………………………….(13)
b.     Seni music……………………………………………………………………………….(13)
c.      Seni drama………………………………………………………………………………(14)
d.     Seni rupa…………………………………………………………………………………(14)
-          Makanan khas Suku Dayak…………………………………………………………...(14)
a.      Juhu singkah/umbut rotan…………………………………………………………(14)
b.     Kalumpe/karuang…………………………………………………………………….(15)
c.      Wadi……………………………………………………………………………………...(15)
d.     Bangamat/paing……………………………………………………………………….(16)
e.     Kue lepet………………………………………………………………………………..(16)
f.       Tampi…………………………………………………………………………………….(17)
g.      Kue dange………………………………………………………………………………(17)
-          Lampiran gambar………………………………………………………………………..(18)
a.      Senjata khas Suku Dayak…………………………………………………………(18)
* Sipet/sumpitan……………………………………………………………….(18)
* Telawang/perisai…………………………………………………………….(18)
* Mandau………………………………………………………………………...(18)
* Dohong…………………………………………………………………………(19)
b.     Rumah adat Suku Dayak…………………………………………………………(19)
c.      Upacara pernikahan Suku Dayak…………………………………………….(19)
d.     Upacara kelahiran Suku Dayak……………………………………………….(20)
e.     Kata penutup…………………………………………………………………………(21)
ASAL MULA SUKU DAYAK
          Pada tahun (1917-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian Nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muler-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan semenanjung malaka datang, mereka makin lama makin mundur kedalam.
          Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makassar, dan Jawa pada masa kejayaan kerajaan majapahitsuku Dayak hidup terpencar-pencar diseluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga kehilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku yang berbeda.
          Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut “Nansarunai Usak Jawa”, yakni disebut kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur, 1971) . kejadian tersebut mengakibatkan Suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).
          Sebagian besar Suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagian lagi terdesak memasuki rimba. Orang Dayak pemeluk agama Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Katowaringin, salah seorang Sultan kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).
          Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari Manuskrip berhuruf kanji disebut bahwa kota yang pertama dikunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Banjarmasin (dibawah hegemoni majapahit) atau di era Islam.
          Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa sebagian masih disimpan oleh sebagian Suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.
          Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke daerah (termasuk Nusantara) dibawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Manila, Malaka dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok, dan guci (Sarwoto Kertodipoero, 1963).

DAERAH TINGGAL SUKU DAYAK
           Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, di hutan, dan sebagainya. Kata Daya itu sendiri diberikan oleh orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab diartikan lebih agak negative. Padahal semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.

BAHASA DAERAH DAN CARA BICARA SUKU DAYAK
          Bahasa Suku Dayak menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Ma’anyan, dan bahasa Ngaju sebagai bahasa yang digunakan dalam kesehariannnya. Orang Dayak di Kalimantan khususnya Dayak yang berada di Kalimantan Barat, Timur, Selatan, dan Utara hampir semuanya mengerti bahasa Ot-Danum atau Dohoi, sedangkan orang Dayak Kalimantan Tengah dan Selatan sebagai bahasa perantara umumnya adalah bahasa Ngaju yang juga disebut bahasa Kapuas. Tiap-tiap suku Dayak di Kalimantan memiliki bahasa daerah sendiri-sendiridengan dialek satu dengan lainnya berbeda, misalnya bahasa Ot-Danum kebanyakan memakai huruf “o” dan “a” tetapi bahasa Dayak Ngajuk banyak memakai “e” dan “a”. sebagai ilustrasi disajikan bahasa Dayak yang ada di Kalimantan.
           Bentuk hitungan angka dalam beberapa bahasa Dayak (Indone Ngaju Bahau Bajau Ot-Pasir Maanyan Lepo sia Danum) :
1          (Ije Je Sa Ico Erai Isa Ca)
2          (Due Dua Dua Doo Doeo Rueh Dua)
3          (Telo Telo Tee Toro Toloe Telu Telo)
4          (Epat Epat Empat Opat Opat Epat pat)
5          (Lime Lime Lime Rimo Limo Dime Lema)
6          (Jahawen Enam Enem Unom Onom Enem Enam)
7          (Uju Tuju Pitu Pito Turu Pitu Tujuh)
8          (Hanya Saya Walu Waru Walu Walu’ Ay’ah)
9          (Jalatien Pitan Sanga Sioi Sie Suei Pien)
10         (Sepuluh Pulu Sepuluh Poro Sapulu Pulu’ Pulu)

PAKAIAN DAERAH SUKU DAYAK YANG KHAS
                                                                                   

          Corak khas Suku Dayak yang terbentuk dari susunan manic-manik beraneka warna tampak kontras menghiasi kain hitam, yang dipakai sebagai bahan dasar pakaian adat dayak. Sehingga menunjukkan makna Suku Dayak yang memanfaatkan alam dengan arif dikehidupan sehari-hari.
   pakaian adat untuk wanita dinamakan Ta a dan pakaian adat untuk laki-laki dinamakan Sapei Sapaq. Biasanya pakaian adat itu mereka kenakan saat acara besar dan menyambut tamu agung.
          Ta a terdiri dari da a, yaitu semacam ikat kepala yang terbuat dari pandan biasanya dipakai untuk orang tua. Atasan atau baju dinamakan sapei inoq dan bawahannya atau rok disebut ta a ini biasanya melengkapi dengan uleng atau hiasan kalung manic yang untaiannya sampai kebawah dada.
          Sedangkan Sapei sapaq yang dikenakan laki-laki pada umumnya hampir sama dengan motif pakaian adat perempuan. Namun Sapei sapaq atasannya dibuat berbentuk rompi, dan bawahannya adalah cawat yang disebut abet kaboq. Biasanya para pria melengkapi Sapei sapaq dengan Mandau yang terikat dipinggang.
          Sam Ien, adalah salah satu pengrajin pakaian adat Dayak Kenyah di Ritan Baru mengatakan motif tumbuh-tumbuhan khas Dayak Kenyah dipakaian adat itu juga dipadukan dengan gambar hewan misalnya harimau dan burung enggang. “jika dipakaian adat itu ada gambar enggang atau harimau, berarti yang memakainya keturunan bangsawan. Kalau hanya motif tumbuhan saja, berarti orang biasa.”

NORMA DAN ADAT ISTIADAT SUKU DAYAK
                                                                                                                                                                                              
           


          Seni tato dan telinga panjang menjadi cirri khas atau identitas yang sangat menonjol sebagai penduduk asli Kalimantan. Di Kalimantan Timur untuk bias menemui wanita Suku Dayak yang masih mempertahankan budaya telinga panjang sangat sulit. Karena kini hanya bias ditemui di pedalaman Kalimantan Timur dengan menempuh jalur melewati sungai yang memakan waktu berhari-hari. Karena memang gaya hidup suku Dayak memang lebih akrab dengan hutan maupun gua.
          Dibawah ini beberapa adat istiadat bagi suku Dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang.




·         Upacara Tiwah

       
             Upacara tiwah merupakan acara adat Suku Dayak. Tiwah merupakan acara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.
          Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sacral, pada acara tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut diantar dan diletakkan ke tempatnya (sanding), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut diletakkan di tempatnya (sandung).


·         Tradisi Mangkok Merah


          Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “panglima” atau sering Suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang diedarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali.
 Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarka sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” (memanggil roh leluhur untuk meminta bantuan dan menyatakan perang) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar Tariu.
          Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur kan manjadi manusia dan bukan. Shingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan disimpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.
          Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnyaseperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambing persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.


·         Upacara Manyanggar


          Upacara adat suku Dayak ini merupakan ritual yang dilaksanakan dengan tujuan agar terjadi harmonisasi antara kehidupan yang nyata den kehidupan alam gaib. Orang Suku Dayak percaya bila dialam ini bukan hanya manusia saja yang mendiaminya. Namun ada kehidupan lain yang tidak kasat mata.
          Agar bisa hidup berdampingan secara damai, maka perlu saling menghormati antara yang satu dengan yang lain. Dan bentuk penghormatan terhadap alam kehidupan yang lain itulah yang dinamakan Upacara Manyanggar.





·         Upacara Kenyau
         

          Merupakan jenis upacara tradisi sebagai bentuk penghormatan bagi anggota keluarga atau orang tua yang meninggal. Dalam upacara ini sering dilakukan penyembelihan binatang yang ditujukan untuk arwah orang yang telah meninggalkan mereka menuju alam kehidupan yang lain.


·         Upacara Wadian


          Sering juga disebut sebagai Balian atau Belian. Merupakan jenis upacara Adat Suku Dayak yang bertujuan untuk mengadakan pengobatan. Tradisi ini memakan waktu yang cukup lama, bisa sampai satu minggu. Dan selain pengobatan yang dipimpin oleh seorang tabib, juga dipertunjukkan tari-tarian khas Suku Dayak.


·         Upacara Laluhan


          Dulunya upacara ini diselenggarakan untuk menghadapi peperangan dengan suku lain. Meski sekarang sudah tidak ada perang lagi, namun sampai saat ini masih diselenggarakan . hanya tujuannya sudah berbeda, yaitu untuk atraksi budaya dan seni. Ketika upacara diselenggarakan, seakan-akan ada puluhan orang yang datang melakukan serangan. Kemudian orang Suku Dayak terus bertahan.
          Antara penyerang dan yang diserang saling berkelahi dengan menggunakan senjata-senjata tradisional yang ada. Dan karena perkelahiannya tidak sungguh-sungguh, maka bentuknya menjadi seperti tarian.

·         Upacara Nyobeng


          Upacara ini juga masih ada hubungannya dengan orang yang sudah mati, namun tetap punya nilai keunikan tersendiri. Yaitu membersihkan kepala atau tengkorak orang yang meninggal karena dipenggal. Namun tentu saja upacara memenggal kepalanya yang namanya mengayau sudah tidak ada lagi. Walau diselenggarakan hanya sekadar simbolis saja.




·         Tradisi Ngayau


          Tradisi Ngayau merupakan tradisi perang antar suku untuk memperluas wilayah kekuasaan suku tersebut. Tradisi ini termasuk tradisi Upacara adat suku Dayak yang kejam, sadis, dan mengerikan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan untuk memenggal kepala musuh lantas membawanya pulang ke kampung.
          Saking sadisnya, zaman dahulu pun tidak semua lelaki suku Dayak sanggup melakukan Ngayau. Hanya mereka yang mentalnya kuat saja yang berani melakukannya.
          Wanita suku Dayak di pedalaman menyukai lelaki yang bisa melakukan Ngayau karena lelaki tersebut dianggap jantan dan mampu melindungi pasangannya dengan baik.
          Suku Dayak dahulu percaya bahwa dengan memenggal kepala musuh, arwah musuh tersebut tak akan gentayangan dan mengganggu kehidupan mereka. Meskipun sadis, suku Dayak membatasi bahwa ngayau hanya boleh dilakukan kepada musuh lelaki. Adapun musuh perempuan dan anak-anak hanya boleh diperbudak tanpa diperlakukan dengan kejam.


·         Upacara Manajah Antang


          Manajah Antang biasanya digunakan oleh Suku Dayak untuk mencari seseorang yang menjadi musuh mereka. Walaupun si musuh itu bersembunyi
didaerah yang tersembunyi sekalipun dimana orang awam tak bisa menemukan, namun orang Dayak akan dengan mudah menemukannya.
             Biasanya yang mereka gunakan untuk menemukan musuh ini adalah dengan memanggil arwah para leluhur dengan perantara burung Antang. Burung itulah yang akhirnya menunjukkan tempat persembunyian si musuh.
KODE YANG UMUM DIMENGERTI SUKU DAYAK

    Totok Bakakak

1.     Mengirim tombak yang telah diikat rotan merah (telah dijernang) berarti menyatakan perang, dalam bahasa Dayak Ngaju “Asang”.
2.    Mengirim sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah seorang gadis yang ada dalam rumah yang dikirimi sirih dan pinang.
3.    Mengirim seligi (salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam bahaya.
4.    Mengirim tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur) berarti mohon bantuan sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku akan mendapat bahaya.
5.    Mengirim abu, berarti ada rumah yang terbakar.
6.    Mengirim air dalam seruas bamboo berarti ada keluarga yang mati tenggelam, harap lekas datang. Harus lekas datang bila ada sanak keluarga yang meninggal dalam tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka kepada sanak keluarga, nama korban tidak disebutkan.
7.    Mengirim cawat yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota keluarga yang telah tua meninggal dunia.
8.    Mengirim telur ayam, artinya ada orang yang datang dari jauh untuk menjual belanga, tempayan tajau.
9.    Daun sawang/jenjuang yang digaris dan digantung didepan rumah, hal ini menunjukkan bahwa dilarang naik/ memasuki rumah tersebut karena adanya pantangan adat.
10.  Bila ditemukan pohon buah-buahan seperti misalnya langsat, rambutan, dsb, didekat batangnya ditemukan seligi dan digaris dengan kapur, berarti dilarang mengambil atau memetik buah yang ada dipohon itu.


KESENIAN SUKU DAYAK
Ø  Seni Tari
          Seni tari dalam kesenian suku Dayak bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok:
1.     Tarian dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah cirri kelompok tari Kedayan, yang dimiliki oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin, Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak, dan Bengkayang.
2.    Tarian dengan gerak tangan membuka, gerakan halus, adalah cirri vocabuler tari Ribunic atau Bidayuh, yang berkembang dikalangan suku Dayak Ribun, Pandu, Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-lain, disekitar Sanggau Kapuas.
3.    Tarian dengan gerak pinggul yang dominan, adalah cirri tari kelompok Ibanic yang dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan sebagainya, disekitar Sanggau, Malenggang, Sekadau, Sintang, Kapuas, dan Serawak.
4.    Sedikit lebih halus adalah cirri kelompok Banuka, yang dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, disekitar Kapuas Hulu.




Ø  Beberapa contoh tari dari suku Dayak adalah :

v  Tari Gantar, untuk upacara menanam padi


v  Tari Kancet Papatai/Tari Perang, untuk upacara penyembahan kepada arwah leluhur

       

v  Tari Kancet Lasan, tari pemujaan terhadap dewa yang diwujudkan dalam bentuk burung enggang


v  Tari Serumpai, tari untuk menolak wabah penyakit

         

v  Tari Belian Bawo, tarian untuk mengobati orang sakit


v  Tari Kuyang, tarian untuk mengusir hantu

         

Ø  Seni Musik
          Tidak jauh beda dengan seni tari, seni music dalam kesenian Suku Dayak didominasi music-musik ritual. Music itu merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.
               Beberapa jenis alat music suku Dayak sebagai salah satu identitas dalam kesenian suku Dayak adalah prahi, gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan lain-lain.

Ø  Seni Drama
          Pada kesenian suku Dayak, masyarakatnya juga mengenal seni drama. Drama tradisional ditemukan pada masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.

Ø  Seni Rupa
          Seni rupa Dayak yang juga termasuk dalam kesenian suku Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat yang banyak mengambil cirri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada macam-macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut :
1.     Patung Azimat yang dianggap berkhasiat mengobati penyakit.
2.    Patung kelengkapan upacara.
3.    Patung blontang, semacam patung totem di masyarakat Indian.

Selain itu, seni rupa Dayak terluhat pada seni kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat), anjat (tas anyaman), bening aban (kain gendongan), seroang (topi), dan lain-lain. 

MAKANAN KHAS SUKU DAYAK
1.  Juhu Singkah/Umbut Rotan

  
  
Umbut rotan/rotan muda adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan tengah. Dalam bahasa Dayak Ma’anyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang’e. sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah. Cara membuatnya yaitu, rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil. Umbut rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam. Umbut rotan memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan sehingga membuat rotan memiliki citra rasa tersendiri.




2.  Kalumpe/Karuang

  
Kalumpe/Karuang adalah sayuran yang ditumbuk halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak Ma’anyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju. Cara membuatnya yaitu, daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. Bumbu untuk masakan ini adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Apabila ingin ditambahkan cabai. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang panas. Masakan ini biasa disajikan bersama sambal terasi yang pedas dan ikan asin.

3.  Wadi


      Wadi adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makan yang dibusukkan. Namun pembusukkan ini tidak dibiarkan begitu saja, sebelum disimpan ikan atau daging dilumuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang disangrai sampai kecoklatan kemudian ditumbuk manual atau diblender. Dalam bahasa Dayak Ma’anyan bumbu ini disebut dengan sa’mu dan dalam . cara membuatnya yaitu, ikan atau daging yang hendak diolah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian direndam selama 5-1O jam dalam air garam. Kemudian daging atau ikan diangkat dan dibiarkan mongering. Setelah cukup kering ikan atau daging dicampur dengan sa’mu sampai merata. Kemudian daging disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau plastic kedap udara yang ditutup rapat-rapat. Simpan kurang lebih selama 3-5 hari. Untuk daging disarankan simpan lebih dari 1 minggu. Setelah selesai, wadi tidak bisa langsung dimakan tapi harus diolah kembali antara lain dengan cara digoreng atau dimasak.


4.  Bangamat/Paing


   Bangamat dalam bahasa Dayak Ngaju atau paing dalam bahasa Dayak Ma’anyan adalah masakan khas yang dibuat dari kelelawar besar/kalong [Pteropus vampyrus]. Untuk konsumsi, kelelawar dengan jenis pemakan buah terbesar. Untuk kelelawar jenis pemakan serangga dan penghisap darah tidak digunakan dan tidak dikonsumsi untuk membuat makanan ini. Cara membuatnya yaitu, paing yang akan dimasak dibersihkan dengan membuang kuku, bulu kasar ditekuk dan punggung, serta ususnya. Sementara sayap, bulu dan dagingnya dimasak. Paing sering dimasak bersama sayur hati batang pisang yang dipotong-potong, biasanya adalah pisang kipas. Juga bisa dimasak dengan sulur keladi yang dipotong-potong.

5.  Kue Lepet


      Kue lepet adalah kue yang dilipat dengan daun pisang lalu dikukus. Lepet dalam bahasa Dayak berarti dilipat. Bahan-bahannya antara lain beras yang ditumbuk sehingga menjadi tepung, kelapa parut, gula merah, minyak goreng, dan daun pisang. Cara membuatnya yaitu, buat adonan dengan tepung lalu masukkan ke daun pisang yang sudah ditentukan ukurannya juga sudah dioles dengan minyak goreng. Lalu buat isian dari kelapa parut dan gula merah cair. Setelah diisi ditutup hingga rata dan selanjutnya dikukus hingga matang. Kue lepet biasanya dihindangkan saat ada upacara adat.





6.  Tampi


     Kue tampi adalah kue yang tidak ada rasa tetapi wajib hadir ketika ada upacara adat. Ukurannya kecil – kecil bahan membuatnya adalah tepung beras yang digoreng.

7.  Kue Dange


     Kue yang terbuat dari parutan kelapa, tepung dan gula. Lalu dipanggang di pemanggang khusus kue dange. Biasanya kue ini ada disaat pesta maupun biasanya dijual sebagai camilan.




LAMPIRAN GAMBAR
·         Senjata khas Suku Dayak

v  Sipet / Sumpitan

 

v  Telawang atau perisai

 

v  Mandau

 

v  Dohong

 

·         Rumah adat Suku Dayak

v  Rumah Betang atau rumah panjang

 

·         Upacara pernikahan Suku Dayak

 


·         Upacara kelahiran Suku Dayak

























KATA PENUTUP


ASSALAMU’ALAIKUM Wr.Wb

          Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam kliping ini yaitu tentang Suku Dayak, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh.
          Berhubungan dengan ini kami banyak berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya kliping ini.
          Semoga kliping ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin……   


WASSALAMU’ALAIKUM Wr.Wb

1 komentar:

  1. boleh nanya dong, upacara nyobeng itu diadakan sekitar bulan berapa ya? Makasih :)

    BalasHapus